Tuesday, December 21, 2010

Selamat Jalan Aska(cerpen)

Selamat Jalan Aska
“Tata,bangun! Sudah pukul 05.00. Ayo sholat shubuh berjamaah…!”Sayup-sayup terdengar suara Ibu berteriak membangunkanku dari jauh. Aku segera terbangun dan mengambil air wudlu. Kulihat, Ibu sudah menunggu di tempat sholat. Ya, sebuah ruangan berukuran 3 x 4 M dijadikan tempat sholat.

Selesai berdoa, aku segera mandi dan bersiap berangkat sekolah. Setelah sarapan, kulihat jam tanganku. Ah, masih pukul 06.10. hari masih terlampau pagi. Aku memutuskan untuk berjalan kaki menuju sekolah sekaligus melemaskan otot kakiku.
Alhamdulillah, aku sudah sampai di sekolahku, SMP N 21. Tiba-tiba
seseorang menepuk pundakku dari belakang.

“Hai, Ta. Tumben kok berjalan kaki. Mana sepedamu?” Sapa si penepuk itu.

“Oh, Aska. Bikin kaget saja,” Kataku pada cowok bermuka pucat itu.

“Sekali-kali boleh, dong, jalan kaki,” tambahku pada Aska.

Aska adalah teman setiaku sejak masuk SMP. Dia adalah seorang laki-laki yang pendiam. Tutur katanya yang lembut selalu membuat hatiku terharu.Cowok bermuka pucat itu tempatku berbagi masalah. Ia selalu membantuku. Sementara, dia sendiri tidak pernah berkeluh kesah kepadaku. Dia sangat tertutup, namun aku merasa Aska menyembunyikan sesuatu dariku dan teman-temannya. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada sahabat terbaikku itu. Setiap aku menanyakan keadaannya, Aska selalu tersenyum dan berkata, “Aku baik-baik saja”.

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah lebih pagi. Kukayuh sepedaku kencang-kencang. Aku ingin sekali bertemu Aska. Aku ingin menanyakan keadaannya. Tetapi, saat sampai di sekolah bangkunya masih kosong. Biasanya, Aska selalu berangkat lebih pagi dariku. Lalu aku bertemu dengan temanku, Fida yang kebetulan baru masuk kelas.

“Hai, Da, kamu tahu mengapa Aska belum berangkat sekolah?”tanyaku padanya

“Lho,memangnya kamu tidak tahu Ta. Kemarin sore, Aska dibawa ke rumah sakit Harapan Bunda.”

Aku sangat terkejut mendengar kabar itu. Aku jadi resah memikirkan Aska. Setiap pelajaran yang kulewati hanya menjadi angin di telingaku. Baru kusadari, ternyata aku sangat menyayangi Aska. Aku selalu tentram bila ada disampingnya. Kata-kata Aska selalu membuatku semangat. Tapi, aku hanya ingin berteman dengan Aska, tidak lebih. Sepulang sekolah, aku segera menunaikan sholat Dzuhur. Tak lupa,aku mendoakan Aska semoga dia cepat sembuh. Setelah itu, aku segera bersiap menuju rumah sakit untuk menjenguk Aska.

Sampai di rumah sakit, aku sangat terharu melihat keadaan Aska saat ini. Tubuhnya kelihatan sangat lemah. Berbagai alat medis terpasang ditubuhnya. Matanya terpejam. Tiba-tiba datang seorang dokter yang akan memeriksa keadaan Aska. Dia berkata padaku bahwa Aska menderita penyakit kanker paru-paru stadium empat. Ya Allah,apa maksud dari semua ini? Mengapa kau beri Aska cobaan yang begitu berat?

Tak lama kemudian, pelan-pelan mata Aska terbuka dan tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumannya, walau sebenarnya aku ingin menangis.

“Kamu manis kalau tersenyum,Ta. Tapi harus dari hati.”ujarnya lemah.

“Aku tak mengira kamu punya masalah sebesar ini. Tapi mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini kepadaku?”

“Aku sangat sayang sama kamu,ta. Aku tidak ingin kamu menjadi sedih.”tambahnya.

“Lalu apa yang harus aku lakukan agar kamu bahagia?”tanyaku.

“Aku hanya ingin kamu menjadi anak yang membahagiakan orang tua, dan selalu mendoakan orang yang kamu sayang,” kataanya penuh harapan.

Setelah puas berbincang-bincang dengan Aska, aku memutuskan untuk pulang.Sebelum tidur,aku berdoa kepada Allah agar Aska kuat menghadapi cobaan yang diberikan untuknya. Pukul 02.00 aku terbangun. Feelingku merasa terjadi sesuatu pada Aska. Aku segera mengambil air wudlu dan menunaikan sholat Istikharoh untuk menenangkan pikiranku berharap kesembuhan Aska.

Paginya ketika di sekolah, aku mendapat kabar dari Pak Guru kalau Aska telah meninggal pukul 02.00 tadi malam. Hatiku terasa hancur mendengar kabar itu. Orang yang paling aku sayangi telah tiada. Dan dia,takkan pernah kembali menghiburku lagi.
Hari-hari tanpa Aska terasa sepi. Tapi,aku berusaha untuk menepis kesepianku. Aska,aku akan selalu mengenang kebaikanmu. Aku akan penuhi pesan terakhirmu. Aku akan berbakti kepada orang tua dan selalu berdoa untukmu sebagai wujud rasa sayangku padamu. Selamat jalan, Aska.

No comments:

Post a Comment